Jumat, 01 April 2011

Manusia dan Keadilan

BAB 7

Disini saya mengangkat study kasus yang terjadi di Sumbawa, dimana keluarga yang berkehidupan memprihatinkan mengharapkan keadilan dan pemulihan nama baik atas apa yang telah terjadi pada  sang suami/bapak  yang menjadi korban salah sasaran dan tidak tau menau atas kejadian yang terjadi sebenarnya.

Istri dan Anak Korban Minta Belas Kasih dan Pemulihan Nama Baik
Sumbawa Besar, Gaung NTB
Kehidupan ekonomi Nurjanah berubah 180 derajat. Selain statusnya telah menjadi janda, wanita ini harus menanggung hidup kelima putra dan putrinya. Kondisi keluarga itu sangat memprihatinkan, bahkan beberapa putranya terancam putus sekolah karena harus membantu orang tuanya mencari nafkah.
Keadaan menyedihkan ini terjadi setelah Jafar (31) suami sekaligus ayah dari kelima anaknya, tewas dihakimi massa di wilayah Kecamatan Utan. Jafar menjadi korban salah sasaran massa, yang menduganya sebagai kawanan pencurian ternak, padahal kawanan pelaku yang diduga kuat berasal dari Pulau Lombok sebenarnya telah kabur. Jafar dan empat nelayan asal Lambu Kecamatan Sape Kabupaten Bima ini yang baru merapat di laut langsung diserang massa. Selain itu perahu satu-satunya yang digunakan untuk mencari nafkah ikut jadi sasaran amuk massa hangus dibakar.
Muslimin—keponakan sekaligus perwakilan keluarga almarhum yang sengaja menghubungi Gaung NTB, kemarin, mengakui kepedihan yang dialami istri dan anak-anak almarhum.
Tidak hanya kesulitan ekonomi setelah ditinggalkan almarhum Jafar, tapi mereka merasa minder bergaul di lingkungannya akibat munculnya imej negative terhadap kematian suaminya, mengingat belum jelasnya status hukum atas diri korban.
Harapan Nurjanah sekarang, ungkap Muslimin, adalah pemulihan nama baik suaminya. Selain itu berharap belas kasih atau uluran tangan masyarakat Utan dan beberapa dari kecamatan lain di Sumbawa yang kemungkinan telah khilaf dan menyebabkan kematian Jafar, untuk membantu meringankan beban ekonomi yang ditanggung istri dan anak-anak korban. “Kami tidak memikirkan proses hukum atas kematian saudara kami, tapi kami ingin nama baik almarhum dan uluran tangan dari masyarakat di Sumbawa untuk membantu beban ekonomi keluarga almarhum,” pintanya.
Sementara itu Kapolres Sumbawa yang ditemui Gaung NTB melalui Kasat Reskrim, AKP I Ketut Tamiana, mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan baik kasus pencurian ternak maupun kasus pembunuhan terhadap korban.
Mengenai status hokum atas diri korban dan empat rekannya, Tamiana menyatakan masih sebagai saksi karena tidak ada bukti dan keterangan yang menguatkan mereka sebagai tersangka. “Jika sebagai tersangka, tidak mungkin para nelayan asal Bima itu dipulangkan,” ungkap Tamiana.
Sedangkan soal kematian korban, pihaknya masih mengumpulkan keterangan dan saksi-saksi, dan sejauh ini belum ada yang mengarah kepada tersangka.
Sumber : http://gaungntb.com/2011/03/

Opini : Menurut saya keadilan harus ada di tengah-tengah masalah seperti itu, dan seharusnya untuk massa yang menyerang itu tidak seharusnya melakukan tindakan yang anarkis,seharusnya mereka menyelidiki dulu atau langsung saja dibawa kepada pihak yang berwajib untuk memeriksa orang yg dicurigai trsebut,bukannya malah main hakim sendiri.Akibatnya,pelaku yang sebenarnya tidak tertangkap tapi malah menyengsarakan keluarga korban yang ditinggalkan,kalau sudah begini runyamlah jadinya. Korban yang tidak tau menau itu nama baiknya jadi tercoreng padahal dia tidak melakukan hal yang dituduh tersebut ,keluarganya pun juga ikut menanggung malu. Di saat posisi seperti ini keadilan harus ditegakkan seadil-adilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar